Posted on

Sebuah Inspirasi Dari Cahaya Matahari

Sebuah Inspirasi dari Cahaya Matahari

Tidak pernah terpikir sebelumnya oleh Bu Ratna, wanita berusia 40 tahun tersebut bahwa kepindahannya ke Desa A beberapa tahun silam akan membawanya kepada hari-hari penuh kegelapan. Demi mengikuti orang tuanya yang merantau, Bu Ratna yang pada saat itu baru lulus Sekolah Menengah Pertama, harus meninggalkan Kota B demi mendapat kehidupan yang lebih baik. Namun ternyata, lingkungan tempat tinggal barunya tersebut sangat terpencil dan masih belum terjangkau oleh aliran listrik dari kota, meski banyak sumber daya alam yang melimpah di wilayah tersebut. Bertahun-tahun lamanya, Bu Ratna mengenang masa-masa SMA nya sangat kesulitan untuk belajar terutama di malam hari. Karena listrik hanya mengaliri desa nya pada saat siang hari saja untuk menjalankan roda usaha di wilayah Desa A tersebut. Bu Ratna pun juga jarang sekali bisa mendapat hiburan dari televisi, radio maupun handphone pada saat itu.

Pada malam hari karena tidak di aliri listrik, warga Desa A menggunakan lampu berbahan bakar minyak tanah sebagai sumber penerangan, namun tak jarang juga sebagian warga terkadang harus menarik kabel dari desa lain untuk mengalirkan listrik dengan jarak hingga berkilo-kilometer untuk memenuhi kebutuhannya di malam hari. Maklum Desa A ini termasuk dalam wilayah pelosok dan untuk menjangkau wilayah ini harus menggunakan jalan darat yang berbatu karena jalan akses di Desa A belum di aspal dan jaraknya agak lumayan jauh dari kota. Warga Desa A sebenarnya sempat meminta bantuan kepada pemerintah. Namun, karena faktor jumlah penduduknya yang sedikit serta sulitnya akses membuat pemerintah mengalami kesulitan dalam menjangkau wilayah tersebut. Berbagai cara pun di tempuh demi mendapatkan pasokan listrik untuk Desa A, namun berujung sia-sia karena kembali lagi pada sulitnya akses untuk memasuki wilayah tersebut. Warga-warga Desa A pun demi memenuhi kebutuhannya sehari-hari mereka bekerja dengan bercocok tanam maupun berternak ayam atau sapi dan setelah menuai hasil, mereka akan menjualnya ke kota terdekat dan mendapatkan hasil yang lumayan untuk memenuhi kebutuhan warga Desa A tersebut.

Secercah harapan pun muncul ketika beberapa mahasiswa dari Kota B melakukan KKN di Desa A, mereka sedang meneliti tentang efek sinar matahari untuk dijadikan sumber listrik yang berguna untuk kehidupan. Setelah melalu berbagai kajian dan penelitian, para mahasiswa tersebut menghadirkan energi bertenaga surya di sana. Teknologi yang dikembangkan para mahasiswa KKN ini berbentuk Solar Panel yang diharapkan bisa memberikan kesejahteraan bagi warga Desa A yang selama ini tertinggal. Dengan modal dari para mahasiswa serta beberapa dana hibah dari warga Desa A, mereka melakukan pembangunan instalasi beberapa pasang Solar Panel sebagai bahan uji coba di Desa A. Tujuannya agar masyarakat di Desa A tersebut dan sekitarnya bisa mendapatkan energi untuk penerangan kehidupan mereka. Pada awalnya para warga Desa A merasa bingung dengan teknologi Solar Panel ini, namun setelah diberi arahan dan edukasi yang cukup oleh para mahasiswa KKN ini para warga menjadi lebih mengerti tentang pemanfaatan energi tenaga surya ini untuk kehidupan mereka. Mereka juga di edukasi tentang energi listrik yang sekarang mereka pakai masih menggunakan bahan bakar fosil yang nantinya akan habis dan juga tentang dampak buruk akibat masih menggunakan bahan bakar fosil tersebut.

Kini pada malam hari, di beberapa wilayah Desa A sudah teraliri listrik melalui Solar Panel tersebut. Kapasitas pembangkit listrik yang diserap melalui energi surya tersebut juga mampu menerangi masjid, sekolah serta rumah-rumah warga yang ada di Desa A. Bu Ratna pun mengatakan jika dulu ia tidak bisa melakukan banyak hal di malam hari dan menjalani hidup dengan keadaan yang begitu-gitu saja, tetapi kini setelah ada pasokan listrik melalui energi surya ini ia beserta warga desa nya bisa menjadi lebih maju. Kehidupan sehari-hari pun menjadi lebih mudah karena mereka bisa mulai menggunakan alat elektronik terutama pada malam hari. Untuk masak nasi misalnya, Bu Ratna sekarang bisa menggunakan rice cooker untuk memasak nasi di malam hari untuk makan malam keluarganya dan yang terpenting saat ini anak-anaknya bisa belajar dengan nyaman di malam hari.

Bu Ratna pun mengatakan bahwa perkembangan di Desa A menjadi lebih signifikan setelah teraliri listrik terutama pada malam hari. Setelah Desa A semakin berkembang, masyarakat lebih giat dalam bekerja sehingga bisa memenuhi kebutuhan keluarganya. Warga Desa A pun membuat sebuah koperasi untuk meningkatkan produk lokal dari desa mereka. Mereka mengolah hasil bumi serta ternak mereka untuk dijual ke kota dan mereka juga mengolahnya menjadi produk makanan lain yang tentunya meningkatkan nilai jual mereka. Hal ini baru bisa mereka lakukan setelah adanya pasokan listrik dari Solar Panel. Dulu, warga Desa A harus langsung menjual hasil bumi mereka ke kota karena mereka tidak ada listrik untuk menjalankan mesin pendingin pada malam hari. Daripada busuk, mereka lebih memilih untuk menjual langsung ke kota.

Anda tidak ingin seperti Bu Ratna dan warga Desa A yang harus hidup dalam kegelapan akibat pasokan listrik yang tidak merata? Memang pasokan listrik dari bahan bakar fosil suatu saat akan habis dan jika memang anda mulai peduli tentang dampaknya nanti, mungkin beralih ke sumber Renewable Energy bisa menjadi pilihan. Seperti REEF sebagai aplikasi financing berbasis Blockchain yang hadir untuk memberi solusi bagi terciptanya lingkungan yang hemat energi dan menjaga kelestarian lingkungan dengan Solar Panel yang di produksi oleh perusahaan JSKY sebagai partner. REEF berkomitmen untuk menghasilkan energi bersih dan juga menginspirasi masyarakat untuk segera beralih ke Renewable Energy untuk menjaga kelestarian lingkungan. Ingin tahu lebih lanjut? Langsung saja klik www.reef.id untuk informasi selengkapnya.