Posted on

Polusi Hilang Dengan Solar Panel

Polusi Hilang dengan Solar Panel

Hampir setiap hari Joni harus beraktivitas dengan menggunakan masker yang menutupi hidungnya, baik saat berangkat sekolah, pulang sekolah maupun bepergian kemana pun. Dia pun sebenarnya tidak mengetahui mengapa dirinya harus menggunakan masker setiap hari pada saat berpergian, namun ia teringat akan pesan dari ibunya. Ibunya selalu berpesan kepada Joni bahwa ia harus memakai masker itu dan harus selalu menempel menutupi hidungnya saat dia berangkat ke sekolah sampai tiba di sekolah. Begitu pun saat Joni pulang dari sekolah dan tiba kembali ke rumah, Joni sendiri baru melepasnya saat tiba di rumah. Joni yang berusia 14 tahun dan baru duduk di bangku sekolah menengah pertama atau SMP yang terletak tidak begitu jauh dari rumahnya, jarak antara rumah ke sekolahnya hanya sekitar 500 meter saja dan ia berjalan kaki setiap hari dari rumahnya sampai ke sekolah dan memakai masker tersebut menjadi kebiasaan sehari-hari dan masker ini pun selalu menjadi teman perjalanannya.

Setiap malam pun ibunya selalu berpesan kepada Joni bahwa masker untuk besok sudah ibunya siapkan di meja kamarnya, Ibu Joni selalu berpesan seperti ini kepada anaknya setiap selesai makan malam. Joni pun mulai bertanya kepada ibunya, “Ibu, kenapa sih setiap hari Joni harus pakai masker ini, kan maskernya bikin panas bu. Joni jadi tidak nyaman. Teman-teman Joni saja jarang ada yang menggunakan masker kalau pergi ke sekolah.” Tanpa basa basi, ibu Joni pun menjawab pertanyaan anaknya tersebut, “Jadi begini Jon, memakai masker ini mungkin memang tidak nyaman untuk kamu pakai, tetapi minimal kamu jadi bisa mengurangi masuknya udara yang kotor ke pernafasanmu. Jika banyak udara kotor yang masuk ke pernafasanmu, nanti kamu bisa terjangkit penyakit dan kamu tidak bisa masuk ke sekolah.” Ibu Joni pun memberikan penjelasan kepada Joni yang semakin terlihat penasaran.

“Mengapa udara kita bisa kotor bu?” Joni kecil tampaknya masih saja penasaran. “Udara yang kotor itu penyebabnya banyak sekali Jon, nanti jika kamu sudah besar dan beranjak dewasa pasti kamu akan tahu apa saja penyebab udara kita bisa kotor, tetapi ibu akan berikan contoh sederhana supaya kamu paham. Kamu kalau dalam perjalanan pasti sering melihat mobil atau motor yang mengeluarkan asap hitam kan? Nah, itu menjadi salah satu penyebab yang membuat udara kita menjadi kotor, belum lagi ada orang-orang di pinggir jalan yang merokok hal itu menyebabkan udara menjadi kotor juga” kata Ibu Joni yang memberi penjelasan kepada Joni. Karena mendapat jawaban seperti itu Joni hanya bisa mengangguk, lalu kemudian ia diam. Dalam hati kecilnya ia bertanya tanya apakah udara di kotanya saat ini memang kotor dan apakah masker memang sangat dibutuhkan dan berguna dalam mengurangi efek dari udara kotor untuk masuk ke pernafasannya.

Ketika di sekolah pun Joni mencoba menjawab rasa penasarannya dengan bertanya kepada gurunya, ia pun bertanya apakah udara kotor bisa berbahaya bagi pernafasan. Joni juga bertanya apa saja efek yang ditimbulkan jika terkena udara kotor secara terus menerus. Rasa penasaran yang masih mengganjal di hatinya setelah berdiskusi dengan ibunya pun satu persatu ia tanyakan kepada gurunya. Guru Joni di sekolah pun menjawabnya dengan jelas dan rinci sehingga membuat Joni mengerti dan paham tentang efek buruk dari udara kotor. Gurunya pun menjelaskan ada berbagai jenis polutan di udara yang kita hirup setiap harinya. Mulai dari karbon monoksida (CO), sulfur dioksida (SO2), nitrogen oksida (NOx) hingga logam berat. Semua polutan tersebut memiliki komposisi kimia, sifat reaksi dan kecepatan yang berbeda untuk menyebar dalam jarak tertentu. Tidak hanya berdampak buruk bagi organ pernapasan, paparan udara yang kotor dalam waktu lama juga berdampak negatif bagi tubuh

Contoh-contoh efek dari udara kotor tersebut adalah yang pertama meningkatkan risiko autisme yang dimana ibu hamil yang tinggal di area dengan udara kotor berpotensi dua kali lebih besar memiliki bayi autisme. Lalu kulit cepat keriput, ada banyak data penelitian, negara dengan tingkat polusi yang tinggi dapat menyebabkan adanya pigmentasi dan penuaan pada kulit. Singkatnya, orang-orang yang tinggal di kota berpolusi terlihat lebih tua dari usia sebenarnya. Udara kotor juga bisa memicu sakit kepala, adanya peningkatkan angka berobat di rumah sakit untuk gangguan migrain dan sakit kepala sering terjadi saat kadar polusi udara meningkat. Yang terakhir adalah gangguan paru, hal ini tentu saja masuk akal. Polusi akan berdampak paling besar pada paru, partikel-partikel halus yang sangat kecil akan terhirup masuk ke paru dan bagi orang yang sudah memiliki masalah paru seperti asma atau penyakit paru terkait rokok efeknya akan lebih berat lagi jika menghirup udara berpolusi. Resiko terkena kanker juga dapat dikelompokkan sebagai akibat dari polusi udara terutama kanker paru. Setelah dijelaskan oleh gurunya, perlahan Joni pun mengerti tentang bahaya dari udara kotor yang masuk ke sistem pernafasannya dan selain polusi yang disebabkan oleh kendaraan bermotor maupun asap rokok, sisa pembakaran fosil yang dihasilkan oleh sumber energi juga menghasilkan karbon yang memberikan sumbangan pencemaran bagi udara kita. Dipastikan kualitas udara kita menurun drastis sehingga dalam jangka waktu panjang akan memberikan dampak negatif bagi kehidupan. 

Apakah anda ingin seperti Joni yang juga menjadi korban udara kotor yang sehari-hari kita hirup? Jika memang anda mulai peduli tentang dampaknya nanti, mungkin beralih ke sumber Renewable Energy bisa menjadi pilihan. Seperti REEF sebagai aplikasi financing berbasis Blockchain yang bekerjasama dengan JSKY selaku perusahaan produsen Solar Panel hadir untuk memberi solusi bagi terciptanya kelestarian lingkungan dengan Solar Panel yang menghasilkan energi bersih dan juga menginspirasi masyarakat untuk segera beralih ke Renewable Energy serta menjaga kelestarian lingkungan. Ingin tahu selengkapnya langsung saja klik www.reef.id untuk informasi selengkapnya.